Usung Haji Ramah Lansia, Menag Yaqut Gandeng Ahli Geriatri
2 min read
TOP-NEWS.id MADINAH – Pada penyelenggaraan haji tahun ini, Kementerian Agama (Kemenag) mengusung semangat ‘Haji Ramah Lansia’. Terkait hal itu,
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendorong keterlibatan para ahli seperti ahli Geriatri.
Seperti diketahui, setelah dunia dilanda pandemi, penyelenggaraan haji 1444 H/2023 M untuk pertama kali dilakukan dengan kuota normal. Dari 203.320 kuota jemaah reguler, tercatat 64 ribu di antaranya masuk kategori lansia.
Karenanya, Menag Yaqut menekankan pentingnya mempersiapkan layanan terhadap jemaah secara matang, termasuk untuk jemaah lansia.
Gus Men, panggilan akrabnya mendorong keterlibatan para ahli demi meminimalkan risiko.
“Untuk soal kesehatan lansia, wajib bertanya pada ahli Geriatri. Jadi kita akan libatkan ahli Geriatri,” pesan Gus Men seperti yang dikutip TOP-NEWS.id dalam pers rilis Kementerian Agama.
Pesan ini disampaikan Gus Men saat menggelar Rapat Koordinasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di Madinah, Senin (13/3/2023).

Rakor ini sekaligus menutup rangkaian agenda kunjungan Menag di Saudi
Hadir, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Hilman Latief, Irjen Kemenag Faisal Ali Hasyim, Staf Khusus Menteri Agama Ishfah Abidal Aziz dan Wibowo Prasetyo, Jubir Kemenag Anna Hasbie, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Subhan Cholid, serta Konsul Haji KJRI Jeddah Nasrullah Jasam.
Menurut Gus Men, konsultasi dengan para ahli adalah bagian dari prinsip kehati-hatian. Selain transparan dan akuntabel, segala keputusan dan tindakan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan.
Menag juga meminta semua elemen yang terlibat dalam penyelenggaraan haji tahun ini harus memegang teguh visi, yakni memberikan pelayanan terbaik bagi jemaah.
“Sekali lagi, hasil-hasil pertemuan dengan berbagai pihak kemarin harus ditindaklanjuti dengan sebuah desain besar pelaksanaan. Desain besar ini, harus mencerminkan visi bersama memberikan pelayanan terbaik untuk jemaah haji,” tegas Menag Yaqut.
Ia juga mengingatkan pentingnya inovasi dan perubahan cara berpikir dalam merespons setiap tantangan penyelenggaraan ibadah haji.
“Mereka yang tidak pernah mengubah cara berpikirnya, tidak akan mampu mengubah apa pun,” tandasnya.