Pengungsi Gunung Ibu di Halmahera Barat Bertambah Menjadi 664 Jiwa
5 min readTOP-NEWS.id, HALMAHERA BARAT – Komandan Posko Kolonel Arm Adietya Yuni Nurtono mengatakan, proses evakuasi warga yang berada di zona bahaya Gunung Ibu, Halmahera Barat, Maluku Utara masih terus berlangsung. Jumlah warga yang mengungsi dari zona bahaya Gunung Ibu, bertambah menjadi 664 jiwa pada Minggu (19/1).
“Pengungsi 664 jiwa, sudah kita evakuasi dan sudah kita tempatkan di titik-titik pengungsian,” ucap Adietya
sesaat setelah memimpin Rapat Evaluasi Harian di Posko Kantor Bupati Halmahera.
Merujuk data yang dikeluarkan Pos Komando Penanganan Darurat Erupsi Gunung Ibu per jam 16.00 WIT, terdapat enam pos pengungsian yang tersebar di beberapa titik, dengan rincian sebagai berikut.
* Pos Pengungsian Kantor Desa Tongute Sungi, 22 kepala keluarga / 56 jiwa.
* Pos Pengungsian Gereja Tongute Sungi, 98 kepala keluarga / 245 jiwa.
* Pos Pengungsian SD Inpres Tongute Goin, 18 kepala keluarga / 40 jiwa.
* Pos Pengungsian Gereja Akesibu, 28 kepala keluarga / 70 jiwa.
* Pos Pengungsian SMK Akesibu, 71 kepala keluarga / 188 jiwa.
* Pos Pengungsian SD Akesibu, 31 kepala keluarga / 65 jiwa.
Proses evakuasi masih terus dilakukan dan sepanjang hari sesuai kebutuhan.
“Evakuasi akan kita lakukan 24 jam, sistem kami standby kan personil dan kendaraan. Jam berapapun kita siap, seperti tadi malam kita mengevakuasi masyarakat pada jam 23.00 WIT,” imbuh Adietya.
Penambahan jumlah pengungsi tersebut membuat tim distribusi membutuhkan dukungan kendaraaan, sehingga segera akan diperbantukan kendaraan baru khususnya untuk mengangkut logistik.
“Untuk pemenuhan logistik, kita akan menambah armada angkutan untuk pendistribusian. Dengan peningkatan jumlah pengungsi tentunya akan menambah jumlah titik-titik yg akan di droping logistik,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Infrastruktur Darurat BNPB Andria Yuferryzal menyatakan, BNPB akan terus mendampingi pemerintah daerah dalam penanganan darurat ini.
BNPB bersama pemerintah daerah menyiapkan tempat-tempat pengungsian, termasuk logistiknya. Proses pemberian logistik adalah dari pos pengungsian mengajukan daftar kebutuhan dan nantinya akan didistribusikan oleh tim logistik ke pos tersebut.
Peran Pos Komando Pada Masa Darurat Bencana
Pada kesempatan yang sama, Raditya Jati selaku Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB menyampaikan, pentingnya pos komando saat tanggap darurat bencana menjadi salah satu peran penting dalam penanggulangan bencana.
Pos Komando kali ini berada jantung kota yaitu di Kantor Bupati Halmahera Barat, yang diharapkan dapat mempermudah koordinasi antar pihak yang terlibat, baik itu pemerintah daerah maupun lembaga lainnya.
“Posko penanganan darurat ada di kantor bupati, di sinilah tempat koordinasi kedaruratan, sebagai ujung tombak bagi pemerintah daerah,” ungkap Raditya
Pos komando merupakan kunci dari setiap operasi penanganan bencana, karena sebelum melakukan operasi di lapangan, pihak-pihak terkait perlu menyatukan visi dan misi dalam setiap operasinya melalui pos komando ini.
“Kita tahu posko ini ditentukan untuk pengendali operasi, sementara pos lapangan berperan sebagai pelaksana operasi yang ditempatkan di Kecamatan Ibu (lebih dekat dengan Gunung Ibu),” tuturnya.
“Di sini sebagai tempat koordinasi forkopimda. Untuk melakukan perencanaan dan kami di BNPB mendampingi dan mendukung di posko ini terkait pendataan, kebutuhan penanganan kedaruratan, rencana kegiatan operasi agar penanganan kedaruratan berjalan maksimal,” lanjutnya.
Aktivitas yang dilakukan pada pos komando ini antara lain sebagai tempat memikirkan strategi dan mengevaluasinya setiap hari.
“Setiap hari akan dilakukan pelaporan, evaluasi dan tindak lanjut di lapangan. Setiap sektor dan bidang dari posko ini akan bergerak secara cepat dan tepat. Yang paling penting dalam kondisi kebencanaan ini kita memastikan masyarakat dalam kondisi aman,” tutup Raditya.
Gunung Ibu Masih Meletus
Menurut data yang dikeluarkan Pos Pengamatan Gunung Api Ibu, mulai pukul 00.00 WIT sampai 18.00 WIT telah berlangsung 54 kali letusan dengan tinggi kolom letusan bervariasi dari 400 hingga 1.500 meter.
Pemerintah terus mengimbau masyarakat untuk tetap menjauhi radius 5 km dan perluasan sektoral berjarak 6 km ke arah bukaan kawah aktif Gunung Ibu dan mematuhi petunjuk dari petugas yang berwenang.
Sebelumnya, BNPB dan Pemda Kabupaten Halmahera Barat sepakat untuk mengungsikan masyarakat yang masih berada di wilayah atau zona bahaya Gunung Ibu.
Hal itu disepakati dalam rapat koordinasi yang digelar di Pos Komando Penanganan Darurat Erupsi Gunung Ibu di Kantor Bupati Halmahera Barat, Maluku Utara pada Jumat (17/1).
Rapat ini dihadiri oleh perwakilan BNPB yaitu Deputi Bidang Sistem Strategi Raditya Jati, Direktur Dukungan Infrastruktur Darurat Andria Yuferryzal, kemudian BPBD Provinsi Maluku Utara, Bupati Halmahera Barat, Sekda Halmahera Barat, Dandim 1501/Ternate, Kapolres Halmahera Barat, Forkopimda Halmahera Barat, Kepala Desa dan tokoh masyarakat di wilayah zona bahaya Gunung Ibu
James Uang selaku Bupati Halmahera Barat menegaskan akan berusaha memindahkan warga pada enam desa tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan kepala desa serta tokoh masyarakat setempat agar untuk sementara waktu berkenan untuk pindah ke pengungsian.
“Berdasarkan rekomendasi PVMBG pada level 4 ini ada 6 desa yang dalam radius 5 sampai 6 km harus dievakuasi, warga mengosongkan desa mereka untuk dibawa ke tempat pengungsian, untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan terjadi,” kata James.
Adapun enam desa yang dimaksud adalah desa yang berada di Kecamatan Tabaru yaitu, Desa Sangaji Nyeku, Desa Sosangaji, Desa Tuguis, Desa Togoreba Sungi, Desa Borona, dan Desa Todoke. Dari enam desa tersebut, warga Desa Sangaji Nyeku sudah terevakuasi semua oleh Tim Gabungan menuju beberapa titik pengungsian.
Imbauan Bupati
Untuk mendukung itu, Bupati telah mengeluarkan imbauan tentang Pengendalian dan Pengamanan Penanggulangan Bencana Erupsi Gunung Api Ibu di Wilayah Kecamatan Tabaru ditujukan kepada Camat Tabaru dan Kepala Desa Se-Kecamatan Tabaru.
Isi imbauan antara lain, agar masyarakat tidak beraktifitas di dalam zona rekomendasi bahaya Gunung Ibu, bijak dalam memberikan izin keramaian kepada warga masyarakat, dan ketika terjadi letusan agar masyarakat menghindari lokasi rawan bencana dan berlindung di tempat aman.
Rapat koordinasi ini sekaligus mengaktifkan Pos Komando dengan Dandim 1501/Ternate Kolonel Arm Adietya Yuni Nurtono sebagai Komandan Posko.
Pada kesempatan ini Adietya menyampaikan fokus utama operasi dalam beberapa hari ke depan ialah meneruskan evakuasi di lima desa tersisa.
“Dari kemarin sudah mengerahkan 260 personil TNI, Polri, Satpol PP dan tenaga kesehatan di lokasi untuk menyiapkan kegiatan evakuasi masyarakat, kurang lebih satu desa dievakuasi. Harapannya dalam dua hari ini dapat menyelesaikan semua proses evakuasi,” ungkap Adietya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Raditya Jati menyampaikan peran BNPB dalam hal ini adalah memberikan pendampingan bagi pemerintah daerah dan memenuhi kekurangan yang ada.
“Kami mendampingi dan memastikan kesenjangan yang terjadi di lapangan dapat selesai,” kata Raditya. Dirinya menambahkan, penanggulangan bencana adalah tugas bersama, perlu adanya kolaborasi semua pihak.
“Tugas bersama hari ini sampai besok adalah melakukan evakuasi dan meyakinkan masyarakat berada di zona yang aman. Pentingnya kawasan terancam tersebut betul-betul tidak ada aktivitas untuk sementara selama dalam status awas,” imbuhnya.
“Kami dari pemerintah pusat tentunya selalu koordinasi terus, khususnya kementerian dan lembaga lain yang akan mendukung. Namun kami melihat kesiapan dari pemerintah daerah saat ini sudah bagus. Perlu kita lihat perkembangan ke depan dan kita evaluasi setiap hari,” ujar Raditya
Harapannya tentu agar penanganan berjalan dengan maksimal dan tidak ada korban jiwa jika nantinya ada erupsi kembali.
“Dan kita pastikan semua berjalan dengan optimal demi keselamatan masyarakat dan demi tanggung jawab kita bersama dalam melayani masyarakat,” pungkasnya.
Sumber : BNPB
(Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan)