Pemakaian Booster Dikecam WHO, Jutaan Orang di Dunia Belum Divaksinasi
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengecam negara-negara yang buru-buru memberikan suntikan booster atau dosis ketiga vaksin Covid-19. Padahal jutaan orang di seluruh dunia belum menerima satu pun dosis vaksin.
Para ahli WHO bersikeras tidak ada cukup bukti ilmiah bahwa booster diperlukan. WHO juga menganggap memberi booster tergolong tidak bermoral, karena begitu banyak orang yang masih menunggu untuk divaksinasi.
“Seolah kami berencana untuk membagikan jaket pelampung tambahan kepada orang-orang yang sudah memiliki jaket pelampung, sementara kami membiarkan orang lain tenggelam tanpa satu jaket pelampung,” kata Direktur Program Darurat WHO Mike Ryan kepada wartawan dikutip dari republika.co.id, Kamis (19/8/2021).
Awal bulan ini, WHO menyerukan moratorium suntikan vaksin Covid-19 untuk membantu meringankan ketidaksetaraan drastis dalam distribusi dosis antara negara kaya dan miskin. Namun, seruan WHO tidak menghentikan sejumlah negara yang maju dengan rencana untuk menambah suntikan ketiga karena mereka berjuang untuk menggagalkan varian Delta.
Dikatakan Ryan, realitas mendasar dan etis adalah kami membagikan jaket pelampung kedua sambil meninggalkan jutaan dan jutaan orang tanpa apa pun untuk melindungi mereka.
Di sisi lain, kata dia, otoritas Amerika memperingatkan bahwa kemanjuran vaksinasi Covid-19 menurun dari waktu ke waktu. Amerika lalu mengizinkan suntikan booster untuk semua orang Amerika mulai 20 September.
Amerika telah mengizinkan dosis tambahan untuk orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah. Bahkan Israel juga mulai memberikan dosis ketiga kepada warganya berusia 50 tahun ke atas.
Tetapi, para ahli WHO bersikeras bahwa ilmu pengetahuan masih belum berkembang. Untuk itu, WHO menekankan memastikan orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah di mana vaksinasi tertinggal menerima suntikan jauh lebih penting.
“Yang jelas, adalah sangat penting untuk mendapatkan suntikan pertama ke dalam senjata dan melindungi yang paling rentan sebelum booster diluncurkan,” ujar kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers, Rabu (18/8/2021).
Tedros menyuarakan kemarahannya, karena laporan bahwa vaksin J&J dosis tunggal yang saat ini sedang diupayakan di Afrika Selatan malah dikirim untuk digunakan di Eropa. Padahal hampir semua orang dewasa di Benua Biru telah ditawari vaksin pada saat ini.
“Kesenjangan antara si kaya dan si miskin hanya akan tumbuh lebih besar jika produsen dan pemimpin memprioritaskan suntikan booster daripada pasokan ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” jelas Tedros.