fbpx
Rabu, 8 Januari 2025

TOP-NEWS

| KAMI ADA UNTUK ANDA

Pdt Alberth Yoku: Saya Kecewa dan Menyesal Ketidakhadiran Presiden Jokowi di Pembukaan KMAN VI di Papua

6 min read

TOP-NEWS.id, JAYAPURA – Setiap tahunnya, Hari Sumpah Pemuda diperingati pada tanggal 28 Oktober. Peringatan Hari Sumpah Pemuda menjadi upaya mengingat sejarah masa lalu untuk direnungkan, dipelajari, dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Tahun 2022, tema dari peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-94 adalah “Bersama Bangun Bangsa”. Tema ini memberikan pesan mendalam bahwa persatuan adalah harga mati.

Persatuan ini, harus dikuatkan untuk membangun ketangguhan dengan ketangguhan dan persatuan menjadi kekuatan untuk melakukan pembangunan peradaban yang unggul sebagai eksistensi bangsa Indonesia. Tema ini juga menjadi pengejawantahan nilai agung Sumpah Pemuda dalam konteks kekinian dan yang akan datang.

Peringatan Hari Sumpah Pemuda juga menjadi pengingat bagi para pemuda bahwa di masa yang akan datang merekalah yang akan menjadi tokoh-tokoh yang berperan dalam kemajuan bangsa Indonesia.

Mandat pemuda saat ini adalah menjadikan nilai-nilai persatuan di atas segala-galanya dan memandang keberagaman yang ada di Indonesia sebagai anugerah yang berharga.

Peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 selalu memberikan pelajaran kepada bangsa Indonesia tentang cara menyikapi perbedaan seperti perbedaan sikap primordial, suku, agama, ras dan kultur, dan berbagai kepentingan.

Hal ini justru menjadi kekuatan bangsa Indonesia, bukan sebagai faktor yang melemahkan. Sejarah telah menjelaskan bahwa pilihan pemuda waktu itu telah menjadi tonggak kuat menuju kemerdekaan.

Dari ufuk Timur, Pendeta (Pdt) Alberth Yoku mengucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2022 serta mengucapkan syukur kepada Tuhan yang telah membuat sejarah 28 Oktober 1928, dimana para pemuda sebagai pelopor dan perwujudan dari suku-suku yang mendiami kepulauan Nusantara menyatakan komitmennya untuk bersatu, berjuang membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang diproklamirkan 17 Agustus 1945.

Namun perayaan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2022 ini, dimana saat menghayati Hari Sumpah Pemuda di tengah berlangsungnya Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) VI, anak asli Papua Pdt Alberth Yoku merasa kecewa dan menyesal, bahkan merasa dikhianati serta dihina.

Pesannya kepada pemerintah bahwa masyarakat Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa yaitu Bahasa Indonesia. Yang mana masyarakat yang Bhineka, tetapi menjadi tunggal serta masyarakat yang berbeda-beda agama tetap menjadi satu dalam bingkai NKRI, semua suku dan masyarakat adat dari seluruh Nusantara hadir pada acara KMAN VI, tetapi kenapa pembukaan KMAN VI di Jayapura mulai 24 – 30 Oktober 2022 Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak hadir?

Kecewa Presiden Jokowi tidak Hadir

Dikatakan Pdt Alberth Yoku, di tengah perayaan Hari Sumpah Pemuda dan suasana KMAN dirinya menyampaikan penyesalan atas ketidakhadiran Presiden Jokowi.

Pdt Alberth Yoku yang juga tokoh agama memakai topi adat (rompi hitam) hadir meramaikan acara KMAN VI di Sentani, Jayapura, Papua.

“Saya sampaikan penyesalan yang luar biasa sebagai anak Papua dan tokoh agama yang berdiri di ufuk Timur berbicara tentang hidup bersama sebagai anak bangsa, yaitu keluarga besar dari Sabang sampai Merauke. Sebagai suku asli Papua orang adat, saya menyatakan sangat menyesali ketidakhadiran Presiden RI Ir Bapak Joko Widodo yang sudah kami temui di Istana Bogor pada 20 Mei 2022 bahwa Presiden berjanji akan hadir pada pembukaan KMAN VI di Papua, tetapi justru tidak hadir,” kata pemerhati Tanah Papua Pdt Alberth Yako kepada redaksi, Jumat (28/10/2022).

Dikatakan Ketua FKUB Kabupaten Jayapura ini bahwa kedatangannya ke Istana Presiden Bogor bersama delegasi MRP Papua dan MRP Papua Barat, Rektor Uncen, Rektor Unipa dan perwakilan pemda serta perwakilan tokoh-tokoh agama untuk meminta kehadiran Presiden Jokowi, tapi nyatanya tidak hadir.

“Presiden sudah menyatakan kepada kami untuk hadir dalam kongres ini (KMAN). Hari ini saya mensyaratkan menyesalkan keyidakhadiran presiden. Kalau memang presiden tidak hadir, kenapa tidak diwakili wapres atau seorang menteri untuk membuka acara kongres. Kan sekarang zamannya digital, bisa zoom untuk membuka acara kongres ini, tetapi semua tidak dilakukan, saya sangat menyesalkan,” ujar Pdt Alberth.

“Sekali lagi saya sangat menyesalkan. Kami menyatakan Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia. Bahwa dari Sabang sampai Merauke, semua suku bangsa dan pemimpin-pemimpin adat seluruh Nusantara hadir di kongres (KMAN VI) tetap juga tidak dihormati, dan ini nyata dengan ketidakhadiran presiden ataupun menteri,” tutur Alberth.

Seluruh Suku Hadiri KMAN VI

Di hari Sumpah Pemuda ini, kata Alberth, dirinya merasa diabaikan dan dihina, padahal kami berjuang untuk menyatakan kita ini keluarga besar dari Sabang sampai Merauke.

“Kita Satu Bangsa, Satu Tanah Air, kenapa acara kongres masyarakat adat tidak dihadiri presiden, atau menteri. Apa kurangnya masyarakat adat dalam memberi warna dan kerekatan serta keutuhan didalam bangsa dan negara ini.” jelas dia.

Menurutnya, semua suku bangsa yang ada di suluruh Nusantara saat ini berada di Papua ikut acara KMAN VI.

“Luar biasa negara ini tidak menghormati. Saya terus terang sebagai orang yang mencintai pemerintah dan berada selalu bersama pemerintah. Bahkan, menyuarakan hal-hal baik untuk masyarakat adat di Tanah Papua secara khusus agar mendengar, menghormati dan menuruti segala sesuatu yang disampaikan oleh pemerintah, tetapi har ini saya menyesalkan bahwa kecintaan kami dan penghormatan kami kepada Presiden RI serta para menteri kenapa kami dibalas seperti ini,” ucap Pdt Alberth Yoku dengan nada kecewa.

“Saya betul-betul terpukul, kita mau bicara apa lagi kepada rakyat disini (Papua), padahal kami sudah yakinkan kesiapan mereka (panitia) untuk menyambut kehadiran Presiden Jokowi atau Wapres ataupun setingkat menteri. Orang Papua bilang “Kami Sapu Muka”, malu tersipu dan tahan perasaan,” jelas dia.

Ia menambahkan, Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, hari ini kami melaksanakan (KMAN VI) bersama suku-suku masyarakat adat di seluruh Nusantara tercinta tanpa kehadiran pemerintah pusat.

“Ada apa Pak Jokowi, ada apa para menteri. Kalian ada jadi pemimpin, karena ada kami, bukan atas ada kongres-kongres kepentingan internasional atau atas usaha-usaha atau apapun itu. Tetapi ada kami rakyat Indonesia, dan atas nama kami, kalian jadi pemimpin dan mempunyai jabatan serta dikenal dimana-dimana juga difasilitasi lengkap. Kami rakyat masyarakat adat seluruh Indonesia berkumpul di Papua, kenapa kami (KMAN) tidak dilirik atau dilihat, kenapa?”, tanya Alberth dengan tegas.

Menteri Asal Papua tak Hadir di KAMN VI

Bahkan, menteri yang menyatakan dirinya asal Papua (Menteri Investasi Indonesia merangkap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia) pun tidak hadir pada pembukaan KMAN VI di Papua.

“Adik saya saudara Bahlil Lahadalia jangan bicara atas nama orang Papua lagi kalau tidak menghormati acara besar se-Indonesia (kongres masyarakat adat) yang kami saat ini laksanakan di Papua, karena kamu tidak hadir,” ucap tokoh agama ini mengingatkan Menteri Bahlil Lahadalia.

Sebagai seorang tokoh, kata Pdt Alberth Yoku, yang berbicara mempertahankan otonomi khusus dan menolong menjelaskan daerah otonomi baru di Papua kepada pemerintah pusat, sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan orang asli Papua dan perhatian pemerintah pusat untuk kemajuan orang Papua, tetapi ternyata kami merasa tidak dianggap.

“Saya, para bupati dan MRP merasa tidak dianggap oleh kalian (pemerintah pusat). Ini mengapa? Mengapa negara tidak menghormati rakyatnya dan tidak menghormati pemimpin-pemimpin adat seluruh Indonesia yang saat ini berkumpul di Tanah Papua ini. Mengapa dan ada apa dengan pemerintah pusat?,” tandasnya.

Untuk itu, kata tokoh agama yang tegas ini, dengan penyampaian ini dan diharapkan sebelum tanggal 30 Oktober 2022 KMAN VI ditutup harus ada klarifikasi yang jelas dari pusat.

“Karena presiden kami sudah bertemu di Jakarta tanggal 20 Mei lalu di Istana Negara Bogor dan bahkan presiden pun sudah datang di Papua. Panitia dan Bupati Jayapura serta para tokoh pun sudah bertemu presiden di Suni Garden Lake Hotel & Resort Sentani, Jayapura, Papua, Presiden Jokowi menyatakan akan hadir,” jelas Alberth.

Seharusnya kata Alberth Yoku, kalau Jokowi tidak bisa hadir dalam berbagai bentuk, “Hari ini saya betul-betul menilai sebagai pribadi yang mencintai bangsa dan nagara RI ini kami merasa dipermainkan, kami keras ditipu, kami tidak dihormati dan kami betul-betul dijatuhkan oleh ketidakhadiran negara secara resmi, baik presiden, wapres atau para menteri. Sekalipun ada deputi-deputi dari KSP (Kantor Staf Presiden) dan Dirjen hadir, namun bukan itu sebagai penghormatan negara kepada masyarakat adat Nusantara,” terang peduli Papua ini.

Dikatakannya, dalam teori triaspolitika negara ada, karena komitmen dari rakyat yang ada disuatu wilayah yang menyatakan komitmen untuk menjadi satu membangun sebuah negara.

Negara Indonesia dalam kesepakatan suku-suku yang ada di Tanah Air, kata Alberth, untuk mendirikan negara ini dan akibat negara ini ada dan Presiden Jokowi ada menjadi presiden juga para menteri ada, Kapolri, panglima TNI ada dan seluruh jajarannya, semua pejabat negara ada, kenapa tidak hadir di KMAN VI? Kenapa?

“Secara virtual tidak ada, bahkan secara fisik pun tidak. Ini yang dapat saya sampaikan kepada kita sebagai orang yang mencintai negara dan bangsa Indonesia, tetapi jangan hanya sebagai pemimpin berkata “A”, tetapi berbuat menjadi “B”,” bebernya.

Ia menjelaskan, kenapa ketidakhadiran presiden tidak ada penjelasan sedikitpun dan kenapa berbuat dan berkata seperti itu (janji hanya janji).

“Saya sampaikan kepada Bapak Presiden dan para menteri, Panglima TNI, Kapolri, DPR RI, dan semua lembaga negara dan juga semua masyarakat adat dari seluruh suku-suku di Indonesia supaya menghormati pemimpin adatmu. Jika suatu saat menjadi pemimpin, maka akan menjadi rakyat, jadi silakan berikan yang terbaik untuk daerahmu, yakni dari Sabang sampai Merauke. Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2022, kita menghayatinya dengan mengatakan kita tetap Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa, Bahasa Indonesia,” pungkas Pdt Alberth Yoku.

Editor: Frifod

Copyright © TOP-NEWS.ID 2024 | Newsphere by AF themes.