Ngeri, Indonesia Berutang ke AIIB Rp 41 Triliun
3 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sudah menggelontorkan dana 2,89 miliar dollar AS atau setara Rp 41,6 triliun (kurs Rp14.418 per dolar AS) untuk Indonesia. Dana itu digelontorkan pada periode 2016 sampai Juni 2021.
Dana dikucurkan untuk mendanai proyek infrastruktur dan penanganan Covid-19.
Vice President Chief Administration AIIB Luky Eko Wuryanto menjelaskan, dana itu dikucurkan untuk membiayai 10 proyek atau program di Indonesia.
Rinciannya, kata dia, proyek perbaikan lingkungan kumuh sebesar 216 juta dollar AS atau Rp 3,1 triliun pada 2016 dan proyek dana pembangunan infrastruktur regional sebesar 100 juta dollar AS atau Rp 1,4 triliun pada 2017.
Kemudian, proyek peningkatan operasional dan keamanan bendungan tahap dau sebesar 125 juta dollar AS atau Rp 1,8 triliun pada 2017, modernisasi irigasi strategis dan program rehabilitasi mendesak sebesar 250 juta dollar AS atau Rp 3,6 triliun pada 2018, serta infrastruktur perkotaan dan pariwisata di Mandalika sebesar 248,4 juta dollar AS atau Rp 3,6 triliun pada 2018.
Selanjutnya, program tanggap aktif dan pengeluaran covid-19 sebesar 750 juta dollar AS atau Rp 10,8 triliun pada 2020, program tanggap darurat covid-19 sebesar 250 juta dollar AS atau Rp3,6 triliun pada 2020, dan proyek PPP satelit multifungsi sebesar 150 juta dollar AS atau Rp 2,1 triliun pada 2020.
Kemudian, program penguatan jaringan distribusi di Jawa Timur dan Bali sebesar 310 juta dollar AS atau Rp 4,5 triliun pada Januari 2021 dan tambahan dana program tanggap darurat Covid-19 sebesar 500 juta dollar AS atau Rp 7,2 triliun yang diberikan pada 24 Juni 2021.
“Jadi Indonesia itu, adalah peminjam terbesar kedua setelah India. Indonesia sekitar 10 persen dari total 26,45 miliar dollar AS yang sudah dikeluarkan AIIB, 2,9 miliar dollar AS itu 10 persen,” terang Luky saat berbincang dengan media secara virtual, Kamis (26/8/2021).
Proyek Didanai AIIB
Luky menjelaskan bahwa pembayaran dan implementasi proyek yang didanai AIIB di Indonesia umumnya masih lancar sampai saat ini. Namun, dirinya mengaku ada beberapa proyek yang mendapatkan perhatian lebih dari tim investasi AIIB.
“Tapi informasi yang saya peroleh proyek-proyek umumnya lancar. Pembiayaan itu kan bisa ditandatangani tahun ini tidak langsung dicairkan, tidak seperti itu. Tergantung proses masing-masing (proyek),” jelas dia.
Sementara, pembiayaan yang langsung dicairkan setelah penandatanganan adalah yang terkait langsung dengan krisis, seperti Covid-19. Pembiayaan dicairkan langsung karena negara butuh cepat untuk penanganan Covid-19.
“Yang dicairkan semuanya itu yang terkait dengan krisis, Covid-19 tadi. Sifatnya urgent, biasanya begitu tanda tangan langsung cair,” jelas Luky.
Ia menambahkan bahwa pihaknya sudah membahas sejumlah proyek baru yang akan didanai di Indonesia. Namun, ia tak menyebutkan secara rinci proyek apa saja yang sudah masuk dalam tahap pembahasan.
“Ada lebih dari 50 proyek yang sebetulnya masuk dalam radar kami, beberapa di antaranya dari Indonesia,” tuturnya.
Sejauh ini, kata dia, AIIB terus melakukan pembicaraan dengan berbagai pihak yang mengajukan pendanaan, baik pemerintah, korporasi swasta, dan BUMN.
“Belum bisa (disebutkan), karena kan masih pipeline, masih belum. Kalau ada perubahan minat bisa keluar dari pipeline. Tak hanya satu proyek, ada beberapa yang sudah masuk pembicaraan awal,” ucapnya lagi.
Meski begitu, Luky mengaku AIIB tertarik dengan proyek Tol Trans Sumatra. Menurutnya, sudah ada pembicaraan tahap awal antara AIIB dengan Kementerian PUPR.
“Ketika di Jakarta saya dihubungi teman-teman Kementerian PUPR mau menjajaki pembiayaan itu (Tol Trans Sumatra), sempat saya sambungkan ke teman-teman investasi, tapi tidak tahu lagi perkembangannya,” katanya.
Ia menambahkan, AIIB terbuka dengan proyek tol tersebut. Pasalnya, AIIB menilai Tol Trans Sumatera memiliki manfaat yang besar untuk ekonomi, khususnya kawasan barat Indonesia.