Korban Banjir Malaysia, Terparah di Shah Alam Selangor
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Banjir yang terjadi di Malaysia sudah menewaskan 14 orang dan memaksa 70 ribu warga lainnya mengungsi, terhitung hingga hari ini, Selasa (21/12/2021).
AFP melaporkan bahwa dari keseluruhan korban tewas tersebut, delapan berasal dari Selangor, sementara enam lainnya di Pahang. Selain itu, masih ada beberapa orang yang dilaporkan hilang.
Akibat banjir ini, lebih dari 71 ribu orang harus mengungsi. Dari angka itu, sebanyak 41 ribu orang berasal dari Pahang, dan 26 ribu warga lainnya di Selangor juga turut mengungsi.
Selangor menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak paling parah dari banjir ini. Shah Alam, salah satu kota di Selangor, masih terendam air hingga hari ini.
Personel militer bahkan harus menggunakan perahu untuk mendistribusikan makanan kepada warga Shah Alam yang terjebak di rumah mereka dan tempat pengungsian.
Salah satu warga, Kartik Subramany mengatakan bahwa ia dan keluarganya sempat mengungsi di sekolah selama 48 jam, sebelum akhirnya dipindahkan ke tempat pengungsian.
“Rumah saya benar-benar rusak, dua mobil saya hancur. Ini merupakan banjir terparah dalam hidup saya. Pemerintah benar-benar mengecewakan masyarakat. Mereka gagal melaksanakan fungsi utama untuk melindungi dan menjamin keamanan kehidupan,” ujar Subramany kepada AFP.
Pemerintah sudah mengerahkan ribuan petugas darurat dan personel militer, tapi warga menilai upaya itu tak cukup. Beberapa relawan akhirnya bergerak menyediakan makanan dan perahu untuk upaya penyelamatan. Di tengah kesulitan ini, muncul laporan tentang swalayan yang dijarah di lingkungan Shah Alam.
Anggota parlemen oposisi, Fuziah Salleh, menggambarkan respons pemerintah akan bencana ini “putus asa” dan “tidak kompeten.”
“Tidak ada peringatan awal terkait hujan deras yang diberikan. Sangat menyedihkan beberapa nyawa hilang,” jelas Salleh.
Perubahan iklim disebut menjadi salah satu penyebab banjir yang terjadi kian parah. Atmosfer yang lebih hangat menyimpan lebih banyak air, dan perubahan iklim meningkatkan risiko dan intensitas banjir akibat curah hujan tinggi.
“Saat kita mengeluarkan karbondioksida ke atmosfer yang cenderung terjadi adalah menciptakan efek kebocoran (atmosfer) global,” tutur Siew seperti dikutip Channel News Asia, Selasa (21/12/2021).
“Saat ada efek itu terkumpul, dampak jangka panjangnya adalah hujan tiba-tiba di daerah tertentu, dan itulah yang Anda lihat dalam banjir di Malaysia beberapa hari terakhir. Jadi semakin sulit bagi para ahli iklim untuk memprediksi cuaca dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi karena fenomena perubahan cuaca,” tandas Siew.
Sumber: CNNIndonesia
Editor: Frifod