Jadwal Puasa Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha 2023 Muhammadiyah
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1444 Hijriah. Penetapan ini berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Hal tersebut, ditetapkan melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2023 tentang Penetapan Hasil Hisab, Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1444 H dan disampaikan dalam konferensi pers di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta yang turut disiarkan secara daring, Senin (6/2/2023).
Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti mengatakan, umur bulan Syakban 1444 H adalah 30 hari atau bertepatan dengan 22 Maret 2023. Ijtimak terjadi pada pukul 00:25:41 WIB. Hilal sudah wujud saat Matahari terbenam di Yogyakarta dan pada saat itu bulan berada di atas ufuk di seluruh wilayah Indonesia.
Kemudian, pada 29 Ramadhan atau bertepatan dengan 20 April 2023 M, ijtimak jelang Syawal 1444 H terjadi pada pukul 11:15:06 WIB.
Hilal sudah wujud ketika matahari terbenam di Yogyakarta dan pada saat itu bulan berada di atas ufuk di seluruh wilayah Indonesia.
“Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan: satu, 1 Ramadhan 1444 H jatuh pada hari Kamis Pon, 23 Maret 2023; kedua, 1 Syawal jatuh pada hari Jumat Pahing, 21 April 2023; ketiga, 1 Zulhijah 1444 H jatuh pada hari Senin Legi, 19 Juni 2023,” ucap Sayuti.
Dengan demikian, jadwal puasa Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha 2023 Muhammadiyah, termasuk puasa Arafah 2023 adalah sebagai berikut:
* Puasa Ramadhan 2023: Kamis, 23 Maret 2023
* Idul Fitri 2023: Jumat, 21 April 2023
* Puasa Arafah 2023: Selasa, 27 Juni 2023
* Idul Adha 2023: Rabu, 28 Juni 2023
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menyebutkan, kemungkinan puasa Ramadhan 2023 akan berlangsung serentak di seluruh wilayah Indonesia.
“Untuk Ramadhan besok, menurut perhitungan di atas kertas Insya Allah sama di seluruh Indonesia,” ujar Syamsul.
Syamsul mengatakan, potensi perbedaan terjadi pada awal Syawal dan Zulhijah 1444 H. Ia mengatakan, posisi hilal menurut kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang menjadi pedoman Kemenag, belum terpenuhi untuk dapat dilihat.
“Karena belum dapat dilihat, maka menurut kriteria MABIMS keesokan harinya belum terpenuhi syarat memasuki bulan baru,” urai Syamsul.
“Sedangkan menurut syarat kriteria wujudul hilal yang tidak berpatokan kepada penampakan, yaitu tidak terlihat dan terlihatnya maka keesokan harinya sudah dianggap masuk bulan baru, yakni untuk 1 Syawal (jatuh pada) 21 April 2023,” imbuhnya.
Sementara dalam menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah ini, PP Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal. Metode ini menitikberatkan pada posisi geometris benda langit.
“Muhammadiyah menetapkan awal bulan kamariah termasuk Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah tidak berdasar penampakan. Melainkan berdasarkan pada posisi geometris benda-benda langit, yaitu Matahari, Bumi, dan Bulan. Jadi posisinya, bukan nampak dan tidaknya,” tandas Syamsul.
Editor: Frifod