Fenomena Awan Lurus di Pacitan, Daryono : Fenomena Atmosferik Biasa
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Fenomena awan lurus di Pacitan yang viral di media sosial setelah sebuah video menayangkan awan unik berbentuk lurus di Pacitan mendapat tanggapan dari Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Dr Daryono, S.Si. M.Si
Ia mengatakan ada dua dugaan terkait jenis awan tersebut. “Dugaan pertama adalah itu merupakan roll cloud atau awan gulung. Awan ini termasuk langka tetapi memang beberapa kali terjadi di beberapa tempat,” ujar Daryono melalui instagram pribadinya.
Dijelaskan, awan tersebut terjadi kerena ada pertemuan dua masa udara dengan kelembapan/kandungan uap air yg berbeda, dua hal yang mungkinkan, dipengaruhi oleh pertemuan angin regional dengan angin laut/darat atau terbentuk pada garis front dua masa udara yang berbeda kandungan uap airmya.
p
“Kemungkinan dugaan ke dua, awan ini terbentuk oleh Contrail pesawat jet, tetapi biasanya jejaknya relatif kecil diameternya dengan garis awannya lebih kuat dengan wana latar langitnya,” jelasnya.
Contrail ini, umurnya sangat pendek biasanya dalam skala menit bisa hilang, bentuknya mirip awan cirrus.
Daryono mengaku, adanya beberapa dugaan ini disebabkan karena tayangan video awan di Pacitan tersebut kurang jelas, sehingga ia menduga awan tersebut adalah roll cloud atau contrail jejak pesawat jet.
“Yang pasti awan tersebut merupakan fenomena atmosferik biasa dan bukan merupakan pertanda akan terjadi sesuatu yang luar biasa misal akan terjadi gempa besar atau bencana lainnya,” tegas Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG ini.
Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak mudah percaya dengan isu yang berkembang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Selama ini memang sebagian masyarakat kita ada yang menduga bahkan percaya adanya kaitan antara bentuk awan lurus di langit dengan pertanda akan terjadi gempa,” tambahnya.
Dugaan dan pendapat ini sebenarnya masih sangat spekulatif karena belum ada kajian ilmiah yang membuktikan kebenarannya dan secara empirik belum terbukti.