ESDM dan Kemendikbud Ristek Kolaborasi Genjot Pembangkit Tenaga Surya
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan regulasi untuk meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) khususnya solar rooftop (PLTS Atap) agar bisa digunakan di masyarakat luas. Pasalnya, dari potensi solar rooftop sebesar 32 ribu megawatt (MG) saat ini baru terpasang 31 MG.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, potensi EBT nasional mencapai 400 gigawatt dan 200 gigawatt berasal dari energi surya. Sayangnya, pemanfaatan EBT saat ini baru 2,5 persen dari total potensi yang ada dan harus dikejar pemanfaatannya.
“Dari berbagai jenis EBT tersebut, pembangkit listrik tenaga surya akan lebih didorong untuk mendominasi, mengingat potensinya yang besar dan harganya yang semakin kompetitif,” kata Arifin dalam konferensi pers virtual, Jumat (13/8/2021).
Selain melengkapi dari sisi regulasi untuk meningkatkan penggunaan PLTS Atap, ESDM menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dalam program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya).
Program Studi Independen
Gerilya merupakan program studi independen bagi mahasiswa di seluruh Indonesia untuk meningkatkan kompetensi dan mempercepat pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya atap.
“Dibutuhkan peran aktif semua pihak tak terkecuali mahasiswa dan generasi muda, untuk memfasilitasi hal ini ESDM dan Kemendikbud membut program Gerilya yg menjadi bagian dari merdeka belajar kampus merdeka. Saya mengajak mahasiswa ikut program ini. Program Gerilya akan melahirkan aktivis energi terbarukan untuk mencapai bauran energi bersih 23 persen di 2025,” kata Menteri ESDM Arifin.
Dalam kesempatan yang sama, Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim menjelaskan bahwa perkembangan teknologi semakin cepat mengubah pola hidup manusia dan kondisi alam, serta ketergantungan pada energi fosil.
Dia mengharapkan agar investasi di bidang energi bersih bisa meningkat, dan mahasiswa bisa berinovasi dalam memecahkan tantangan global terkait lingkungan.
“Kami mengesahkan kerja sama melalui Gerilya, ini studi independen kampus merdeka yang melahirkan aktivis energi bersih dengan kecerdasan inovasi. Selama satu semester peserta akan belajar mandiri dan bersama mentor untuk mengembangkan tenaga surya atap sebagai salah satu solusi,” ucap Mendikbud Ristek Nadiem.
Dirjen EBTKE Dadan Kusdiana juga menambahkan, saat ini minat terhadap penggunaan PLTS Atap semakin meningkat dan sudah ada 4.000 pengguna. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2018 yang hanya berkisar 200 pengguna, karena harganya yang semakin kompetitif dan biaya investasinya turun 80 persen selama satu dekade.
“Gerilya lahir untuk mempercepat energi terbarukan oleh mahasiswa. Kolaborasi ini ditandai dengan perjanjian kerja sama sebagai langkah bersama mendorong energi terbarukan. Transisi energi dan target ambisius EBT ini untuk mendukung paris agrrement, Indonesia memiliki potensi 200 gigawatt tenaga surya dan pemanfaatannya di 2020 baru 150 MG,” jelas Dadan.