China Marah Australia, Amerika Serikat dan Inggris
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Pemerintah China mengungkapkan kemarahannya terhadap kerjasama militer yang dilakukan Australia bersama Amerika Serikat dan Inggris. Bahkan, negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu menyebut bahwa kerjasama itu telah mengganggu stabilitas Asia Pasifik.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, ketiga negara itu sangat merusak perdamaian dengan mengintensifkan perlombaan senjata dan merusak upaya non proliferasi nuklir internasional. Sebelumnya, Amerika dan Inggris akan membantu pengembangan nuklir.
“China selalu percaya bahwa mekanisme regional apapun harus sesuai dengan tren perdamaian dan perkembangan zaman dan membantu meningkatkan rasa saling percaya dan kerja sama,” tegasnya dalam briefing reguler di Beijing, Jumat (17/9/2021).
“Itu tidak boleh menargetkan pihak ketiga manapun atau merusak kepentingannya,” jelas dia lagi.
Hal senada juga ditegaskan China seperti dikutip media setempat Xinhua. Tindakan Amerika, Inggris dan Australia dianggap sebagai “proliferasi nuklir belaka”.
Sebenarnya dalam pakta pertahanan yang disebut AUKUS, Australia akan mendapatkan bantuan dalam memperoleh kapal selam tenaga nuklir. Ini akan memungkinkan angkatan laut Australia untuk melawan kapal bertenaga nuklir China di wilayah Asia Pasifik.
“Ini akan memberi Australia kemampuan kapal selam mereka untuk dikerahkan untuk waktu yang lebih lama, lebih tenang, lebih mampu, memungkinkan kita untuk mempertahankan dan meningkatkan pencegahan di seluruh Indo-Pasifik,” tutur seorang pejabat senior administrasi AS dikutip CNBC Internasional.
“Apa yang kami lihat di kawasan Indo-Pasifik, adalah serangkaian keadaan untuk menjadi lebih mumpuni. Ini memungkinkan Australia untuk bermain di level yang jauh lebih tinggi, dan untuk meningkatkan kemampuan Amerika,” tandasnya.
Selain kerjasama pengembangan alutsista, akan ada penambahan pasukan Amerika Serikat di Australia. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin tanpa memberikan angka pasti, menegaskan bahwa Washington akan memperluas aksesnya di wilayah Pasifik Barat.
“Sementara kami mencari hubungan yang konstruktif dan berorientasi pada hasil dengan RRC, kami akan tetap melihat dengan jelas dalam pandangan kami tentang upaya Beijing untuk merusak tatanan internasional yang mapan,” ungkap Austin.
Austin juga menambahkan bahwa tekanan China terhadap Australia sejauh ini telah gagal. Ia menyatakan bahwa Washington akan terus membantu Australia dari sisi pertahanan bila terjadi kondisi-kondisi yang serius.
“Beijing telah melihat selama beberapa bulan terakhir bahwa Australia tidak akan mundur dan ancaman pembalasan dan tekanan ekonomi tidak akan berhasil,” pungkas Blinken.
“Amerika Serikat tidak akan meninggalkan Australia sendirian di lapangan,” jelasnya.
AS dan China berseteru dalam sejumlah hal. Sejak era Presiden Donald Trump, kedua negara sengit soal perdagangan, teknologi, Hong Kong, hak asasi manusia hingga Laut China Selatan (LCS).
Australia juga sengit dalam hal perdagangan dengan China. Ini dimulai saat negeri itu menuntut investigasi asal usul corona di China, di awal 2019 lalu.
Sumber : CNBCIndonesia