BNPT Pantau 399 Kanal Radikalisme di Medsos, Telegram Tertinggi
3 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal (Komjen) Boy Rafli Amar meminta seluruh pihak mewaspadai kemungkinan terjadinya aksi terorisme dalam perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua 2021.
Boy mengingatkan, serangan terorisme di penyelenggaraan PON XX Papua merupakan sebuah keniscayaan.
“Kita sudah memberikan masukan untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan, karena serangan terorisme dalam PON itu adalah sebuah keniscayaan,” ungkap Boy Rafli dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (15/9/2021).
Boy yang mantan Kapolda Papua ini menjelaskan bahwa kini pihaknya terus berkoordinasi dengan seluruh jaringan intelijen untuk memberikan masukan dan meminta peningkatan kewaspadaan jelang penyelenggaraan PON XX yang dihelat pada 2 – 15 Oktober nanti.
“Papua merupakan daerah yang memiliki kaitan dengan kelompok radikal ISIS. Hal itu terbukti dari penangkapan sebanyak 11 orang di Merauke pada akhir Mei 2021,” ucap Boy.
Selain itu, kata dia, Papua juga merupakan daerah yang berkaitan dengan aksi kekerasan yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Aksi-aksi kekerasan tersebut tidak hanya terjadi di kawasan pegunungan.
“Bahkan ada di kawasan PT FI (Freeport Indonesia) sendiri, terutama di Kuala Kencana telah ada tindakan penembakan terhadap WNA,” jelasnya.
Menjadi Catatan BNPT
Boy mengatakan, situasi ini menjadi catatan yang disampaikan dalam masukan BNPT ihwal situasi di Papua jelang penyelenggaraan PON XX.
Menurutnya, pihaknya masih akan membahas perkembangan situasi ini bersama Menko Polhukam Mahfud MD dalam waktu dekat ini.
“Ini tentu jadi catatan yang perlu diperhatikan dan kami BNPT memberikan masukan kepada petugas penanggungjawab di bidang keamanan dan besok pun masih dibahas kembali bersama Menko Polhukam, rencananya pada Jumat siang,” tandas dia.
Boy menceritakan, secara umum terkait ancaman terorisme hingga Agustus 2021 pihaknya sudah memantau sebanyak 399 grup atau kanal di media sosial (medsos) yang terkait dengan konten radikalisme dan terorisme.
Mayoritas grup atau kanal yang dipantau itu berada di aplikasi Telegram. Selain itu aplikasi lain, seperti Facebook dan WhatsApp turut dipantau BNPT.
“Menangkal konten radikalisme terorisme, dalam pelaksanaan penangkalan ini kita terutama fokus di empat platform media sosial. Pertama Telegram, WhatsApp, Facebook, dan Tantan,” ungkap Boy.
Per Agustus 2021, ujar dia, terdapat 399 grup maupun kanal medsos yang dipantau dan Telegram menempati jumlah tertinggi dengan mencapai 135 grup kanal,” urai Kepala BNPT.
Menurutnya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan Polri dalam melakukan upaya penghapusan grup atau kanal terkait radikalisme dan terorisme tersebut.
“Proses take down atau katakanlah langkah-langkah hukum kami kerja sama dengan aparat hukum terkait. Kalau berkaitan dengan platform kami bekerja sama dengan Ditjen Aptika Kominfo. Sedangkan yang berkaitan dengan cyber crime, tentunya bersama dengan unsur-unsur penegak hukum di Polri,” terang mantan Kadivhumas Polri.
Berangkat dari itu, dia berharap agar konten intoleran dan radikalisme tidak menjadi acuan masyarakat. Untuk itu, dirinya meminta publik agar melirik konten yang lebih bermanfaat.
Konten-konten Indonesia harmoni yang akan menjadi informasi yang diserap oleh masyarakat kita,” tutupnya.
Reporter : Jerry Hendra MS
Editor : Frifod