Pilih Kelapa Sawit Atau Pinang Jika Mau Jadi Jutawan
2 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Menjadi jutawan, tentunya impian bagi setiap orang. Salah satu cara mencapainya dapat dicapai melalui sektor usaha perkebunan. Berikut perbandingan nilai ekonomi antara perkebunan kelapa sawit dan perkebunan pinang.
Sebagaimana diketahui, belum lama ini Gubernur Jambi secara resmi mengekspor perdana komoditas pinang betara ke Saudi Arabia.
Sementara dari informasi yang diperoleh konon nilai ekspor pinang tersebut, berkisar Rp 800 juta per kontainer yang ditaksir seberat 18 ton.
Tak tanggung-tanggung, kebutuhan ekspor buah yang identik dengan budaya Jambi itu, saat ini mencapai 25 kontainer per bulannya. Lantas, apa yang menjadikan komoditas asal Jambi itu dilirik pasar internasional.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Agusrizal menjelaskan, pinang betara memiliki postur ukuran yang berbeda dari jenis lainnya. Sehingga, bilangnya komoditas ekonomi pinang betara Jambi kini merajai pasar dalam negeri, dan di antara 10 provinsi yang ada di Pulau Sumatera termasuk sawit.
“Nah, kita nomor satu di Pulau Sumatera. Seperti tadi ada teman dari Riau minta pendapat soal pinang Jambi. Pinang betara ini berbeda, produksinya mencapai 2,8 ton per hektare dalam satu tahun. Sementara, kalau pinang biasa hanya berkisar 800 kilo,” jelas Agusrizal, Jumat (24/9/2021).
Disamping itu, Ia juga menjelaskan bahwa perbandingan perawatan antara komoditas pinang dan kelapa sawit. Dimana dari dua sektor perkebunan yang menjanjikan itu, terdapat beberapa perbedaan.
“Kalau pinang memang empat tahun lebih baru bisa dipanen. Tetapi, nilai positifnya pinang dia tidak memerlukan pupuk yang banyak. Berbeda dengan kelapa sawit yang ketergantungan dengan pupuk,” jelasnya.
Sementara beberapa hal tadi masih dalam perbandingan proses perawatan. Kemudian, nilai ekonomi antara produksi pinang dan kelapa sawit ternyata memiliki perbedaan yang signifikan.
Benar saja, diketahui saat ini harga komoditas yang dijadikan ‘cemilan’ dan bahan kosmetik, di negara bagian timur tengah itu mencapai harga Rp 30.000 per kilo.
“Nilai ekonomisnya, saya kira lebih tinggi pinang. Bayangkan saja, saru hektaernya bisa panen 2,8 ton. Kiita anggap saja 2 ton dikali harganya 30.000 mencapai 80 juta dari satu hektare. Kalau sawit, per hektarenya hanya sekitar 66 juta, paling tinggi ya,” tandas dia.
Reporter : Alivia Sarah Putri
Editor : Frifod