Peleburan LPNK ke BRIN dan Legasi BJ Habibie
4 min readTOP-NEWS.id, JAKARTA – Pengurus pusat Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) berharap langkah pemerintah yang melakukan peleburan/penggabungan lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) di bawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tidak menimbulkan brain drain terhadap sumber daya manusia (SDM) ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) nasional.
Investasi negara untuk SDM iptek bangsa yang sudah terjadi selama puluhan tahun perlu didayagunakan secara optimal untuk menghadapi ekonomi berbasis ilmu pengetahuan.
Penggabungan perlu menekankan konsolidasi SDM dari empat LPNK, sehingga kapasitas dan portofolio kompetensinya yang makin besar dan lengkap sehingga menumbuhkan kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan (Litbangjirap) di Indonesia secara ideal.
BRIN telah menugaskan sejumlah pelaksana tugas kepala organisasi riset dan inovasi yang merujuk pada LPNK dan unit penelitian serta pengembangan dari kementerian/lembaga lain yang diintegrasikan ke dalam struktur organisasi BRIN.
Sebanyak empat LPNK diintegrasikan ke dalam tubuh BRIN, yakni Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), serta Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Selain itu, sebanyak 44 unit penelitian dan pengembangan dari kementerian/lembaga lain juga dialihkan ke BRIN.
Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasionasl Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (UU Sisnas Iptek) Pasal 48 Ayat (1), untuk menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi, maka dibentuk BRIN.
IABIE berharap agar Kepala BRIN segera mengintegrasikan lembaga riset dan inovasi yang ada di masing-masing kementerian dan lembaga ke dalam BRIN.
Integrasi itu, hendaknya mempertahankan dan menjaga legasi Bapak BJ Habibie yang notabene adalah Presiden ke-3 RI yang sepanjang hayatnya mendedikasikan hidupnya secara total untuk kemajuan bangsa melalui pengembangan iptek nasional.
IABIE juga mencatat dengan tinta emas bahwa Kepala BRIN saat ini setelah malang melintang sebagai peneliti remaja, lalu mendapat bea siswa dari Menteri Ristek BJ Habibie lewat program OFP IV untuk melanjutkan studi di Universitas Kumamoto Jepang.
Kemudian meraih gelar Master hingga doktor di Universitas Hiroshima Jepang dalam bidang fisika. Kepala BRIN yang pertama ini diharapkan mampu menjaga warisan Presiden ke-3 RI BJ Habibie.
Baik yang berbentuk lembaga ristek, wahana industri, maupun yang berbentuk pemikiran terkait transformasi teknologi dan industri.
Sejarah telah mencatat perjuangan yang luar biasa dari BJ Habibie agar bangsa Indonesia pandai mencari terobosan guna meningkatkan nilai tambah produk nasional.
BRIN perlu mewarisi spirit BJ Habibie yang menekankan perlunya langkah cepat untuk mendorong Industri dengan produk yang memiliki nilai tambah besar saat dijual ke pasaran.
Salah satu cara agar produk tersebut, bisa memiliki nilai tambah yang signifikan adalah dengan memanfaatkan teknologi yang tepat.
Kini inovasi menjadi faktor yang penting untuk mendongkrak kinerja ekspor dan investasi. Faktor inovasi, adalah jawaban atas paradoks, mengapa kapasitas dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia jauh lebih besar, namun kinerja ekspor dan nilai investasi masih kalah dengan negara tetangga.
Ada daerah yang telah melakukan terobosan investasi yang mengedepankan inovasi. Seperti contohnya inovasi yang membantu pihak investor dalam menganalisis potensi daerah dan melakukan keputusan investasi.
BRIN diharapkan mampu mengelola dan mengembangkan secara progresif kapasitas inovasi nasional dan daerah. Otoritas juga bertanggungjawab terhadap percepatan difusi inovasi segala lini serta melakukan literasi dan edukasi.
Eksistensi BRIN harus bisa mendongkrak indeks inovasi. Peringkat Indeks inovasi global Indonesia kini makin tertinggal. Indeks inovasi global (Global Innovation Index/GII) pada 2020 Indonesia berada di rangking ke-85 dari 131 negara di dunia.
Selama ini belum ada lembaga tersendiri yang mengelola dan mengembangkan inovasi, akibatnya sistem inovasi di negeri ini masih belum efektif dan kurang berdaya.
Pembiayaan inovasi nasional pusat dan daerah membutuhkan dana yang cukup besar. Perlu dibentuk innovation fund semacam dana abadi. Dana itu diharapkan berasal dari APBN/APBD, CSR perusahaan dan sumbangan dari pihak ketiga dari dalam maupun luar negeri. Dana tersebut sebaiknya dikelola oleh badan otonom.
Pengurus Pusat IABIE menyampaikan selamat bertugas untuk pelaksana tugas (Plt) tersebut, yakni Agus Sumaryanto sebagai Plt Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Tenaga Nuklir, Agus Haryono sebagai Plt Kepala Organisasi Riset dan inovasi Ilmu Pengetahuan Teknik, Ocky Karna Radjasa sebagai Plt Kepala Organisasi Riset dan inovasi Ilmu Pengetahuan Kebumian, serta Iman Hidayat sebagai Plt Kepala Organisasi Riset dan inovasi Ilmu Pengetahuan Hayati.
Kemudian, Ahmad Najib Burhani sebagai Plt Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora, Dadan M Nurjaman sebagai Plt Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Pengkajian dan Penerapan Teknologi, serta Erna Sri Adiningsih sebagai Plt Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Penerbangan dan Antariksa, dan Rr Nur Tri Aries Suestiningtyas ditunjuk sebagai Plt Sekretaris Utama Badan Riset dan Inovasi dan Inovasi Nasional.
IABIE berharap, agar SDM teknologi yang telah dipersiapkan oleh BJ Habibie dengan jalan bea siswa ikatan dinas dan magang di industri dan pusat riset dan inovasi terkemuka di dunia terus bisa mengembangkan kompetensinya.
Demikian dilaporkan Bimo Sasongko (Ketum) dan Kuntjoro Pinardi (Sekjen) lewat pesan elektronik yang diterima redaksi, Rabu (8/9/2021).
PU/Pemred: Ketty Saukoly