BMKG Ingatkan Pemprov Jabar Waspada Cuaca Ekstrem saat Pencoblosan
2 min readTOP-NEWS.id, BANDUNG – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan Pemprov Jabar untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem guna menyukseskan perhelatan Pemilu 2024.
Pasalnya, Provinsi Jawa Barat, lanjut Dwikorita, merupakan salah satu wilayah dengan curah hujan tertinggi dan dengan penduduk terpadat di Indonesia. Dimana puncak musim hujan diprediksi dimulai pada akhir Januari hingga Maret mendatang.
“Untuk itu, Pemprov Jabar perlu mewaspadai potensi cuaca ekstrem dengan melakukan sejumlah mitigasi. Tentunya kita berkoordinasi dengan Pak Gubernur, BPBD bagaimana upaya mitigasi agar curah hujan yang tinggi tidak menimbulkan bencana dan mengganggu hajat nasional kita (Pemilu),” ujar Dwikorita dikutip dari laman BMKG, Kamis, (1/2/2024).
Hal itu, ia sampaikan usai beraudiensi dengan Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (29/1/2024).
Dwikorita menyebut, tidak ada anomali cuaca dalam musim hujan tahun ini. Musim hujan berlangsung normal, sesuai dengan rata-rata klimatologisnya selama 30 tahun terakhir, dapat mencapai 400 milimeter dalam satu bulan.
Hanya saja, menurutnya terkadang akan muncul hujan ekstrem pada skala harian, dimana curah hujan dapat mencapai 150 milimeter per hari. Akibatnya, hujan tersebut
dapat menyebabkan banjir, banjir bandang dan tanah longsor jika tidak diantisipasi sejak awal.
Aksi mitigasi yang dapat dilakukan, diantaranya membersihkan saluran air atau drainase lingkungan, membersihkan sungai dari material penghambat/sumbatan berupa batu, tanah, kayu, ranting pohon, dan sampah, yang dapat memicu terjadinya banjir bandang.
Hal tersebut kerap terjadi terutama pada daerah dataran rendah yang berada di sekitar perbukitan, pada saat pasca kejadian gempabumi di musim hujan.
Akibat gempa, kerap terjadi banyak titik longsor di lereng lembah-lembah hulu sungai di perbukitan. Material longsor beserta pohon-pohon dan tanah ataupun batuan yang terseret longsor akan terendapkan di lembah-lembah sungai tersebut, mengakibatkan terbentuknya sumbatan yang membendung aliran air sungai di daerah hulu.
Dengan turunnya hujan selama berhari-hari, bendung tersebut akhirnya jebol karena tidak mampu menahan tekanan akumulasi air sungai yang terbendung, maka terjadilah banjir bandang atau aliran debris dengan kecepatan tinggi ke arah dataran rendah di hilir.
“Contohnya seperti banjir bandang yang terjadi di kawasan Braga beberapa waktu lalu yang diduga karena terjadi penyumbatan di sungai di daerah hulunya. Karenanya, untuk mengantisipasi
kejadian tersebut berulang maka perlu dilakukan inspeksi sungai apakah ada sumbatan agar tidak menyebabkan banjir bandang,” pungkasnya.
Turut hadir mendampingi Dwikorita, Plt Kepala Pusat Seismologi Teknik Geopotensial dan Tanda waktu (PSGT) BMKG Setyoajie Prayoedhie, Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Hartanto, dan Kepala Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu.